Penyerahan sepatu secara simbolis oleh Sem Pekei, selaku ketua komite sekolah dan Hanok Herison Pigai, selaku direktur Yapkema kepada orang tua/wali (28/8/2021) DOK – Yapkema

Sebanyak 89 peserta didik dari kelas II hingga V SD Yegeka Enarotali, Paniai mendapatkan bantuan berupa sepatu dari pihak sekolah pada Sabtu (28/08) di gedung Aula SD Yegeka. Kegiatan pembagian sepatu tersebut dihadiri peserta didik, orangtua/wali peserta didik, ketua komite sekolah, Sem Pekei, direktur Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema), Hanok Herison Pigai, selaku pengelola TK/PAUD dan SD Yegeka, serta beberapa guru pengajar.

Nurdhianto, SP.d., kepala sekolah SD Yegeka, ketika membuka kegiatan mengatakan, SD Yegeka yang baru dibentuk lima tahun lalu baru memiliki peserta didik hingga kelas V. Di tahun ajaran depan, barulah yang kini kelas V akan naik ke kelas VI. “Kami melakukan pendataan siswa yang dapat sepatu pada awal Juni lalu ketika siswa yang sekarang kelas I belum mendaftar dan yang sekarang kelas V masih kelas IV SD. Sehingga, yang mendapatkan sepatu sekarang adalah siswa di kelas II sampai V SD,” katanya.

Lebih lanjut, Pak Nur menjelaskan, sepatu yang dibagikan tersebut dibeli dengan uang hasil donasi dari seorang pengusaha di Deiyai, Papua.

Nurdhianto, SP.d., kepala sekolah SD Yegeka saat menyampaikan sambutan (28/8/2021) – DOK: Yapkema

“Sepatu yang kami bagikan ini bukan dari bantuan pemerintah, tetapi dari seorang teman yang membuka usaha di Deiyai dan minta didoakan usahanya. Beberapa bulan kemudian, ketika usahanya itu dirasa cukup berhasil, teman tersebut memanggil saya dan kasih 15 juta sebagai ucapan terima kasih. Dengan uang itulah saya beserta istri dan para guru menyepakati untuk belanja sepatu di Jakarta. Puji Tuhan, sepatunya sudah sampai dan akan kami bagikan sebentar ini,” jelas Pak Nur.

Hanok Herison Pigai, selaku direktur Yapkema mengawali sambutannya dengan mengapresiasi dedikasi serta jejaring yang dibangun oleh Pak Nur selama ini hingga sampai bisa mendapatkan uluran tangan dari orang-orang baik di luar sana.

Pigai kemudian menjelaskan pentingnya pendidikan bagi para peserta didik. Ia membandingkan akses serta infrastruktur pendukung proses belajar siswa dulu di zamannya dengan sekarang. “Sekarang ini mau belajar di rumah sudah ada lampu. Buku-buku untuk belajar juga lebih lengkap. Dulu itu kami mau belajar malam hari susah karena tidak ada penerangan yang memadai seperti sekarang. Buku-buku juga terbatas,” kata Pigai.

Karena itu, kata Pigai, anak-anak harus serius belajar. Sebab zaman ini terus bergerak. Berubah dari waktu ke waktu. “Tidak cukup adik-adik hanya rajin datang ke sekolah, tetapi dari rumah buang tas dan lupa belajar. Adik-adik harus tekun belajar. Tidak boleh terlalu banyak main sehingga lupa diri, lupa belajar. Nanti setelah besar gampang ditipu dan dipermainkan oleh orang lain,” tegasnya.

Hanok Herison Pigai, direktur Yapkema saat menyampaikan sambutan (28/8/2021) – DOK: Yapkema

Pigai juga berpesan kepada orang tua agar lebih serius dalam mendidik dan membesarkan anak di rumah. Karena di sekolah, kata Pigai, waktu anak-anak sangat terbatas yaitu hanya 4 jam. Sisanya, 20 jam, mereka bersama orang tua di rumah. “Mendidik anak bukan cuma tugas guru di sekolah. Di rumah orang tua harus meluangkan waktu untuk anaknya. Sesibuk apapun. Periksa buku catatannya, tanya ke anak apa yang dipelajari di sekolah. Tanamkan juga nilai-nilai moral seperti kejujuran. Anak harus dibiasakan sejak dini untuk bersikap dan bertindak jujur. Supaya ketika besar tidak suka tipu-tipu orang tua,” kata Pigai.

Sem Pekei, dalam sambutannya, membenarkan apa yang disampaikan oleh direktur Yapkema di atas. Menurutnya, anak adalah generasi penerus yang harus dididik baik. “Anak lebih berharga dari emas ataupun berlian. Karena itu mereka harus dilindungi, diawasi dan diarahkan oleh orang tua. Orang tua sangat berperan penting dalam pembentukan karakter mereka. Sebab lingkungan sosial di Enarotali, terlebih di sekitar Ugibutu, tidak lagi ramah untuk anak-anak. Ada banyak anak sering bergelandangan, minum miras, dan isap lem aibon. Kita sebagai orang tua tentu tidak mengarapkan anak kita seperti begitu.” Pekei menjelaskan, dengan lebih sering menggunakan bahasa Mee karena hampir semua orang tua peserta didik yang hadir orang Mee.

Sem Pigai, ketua komite SD Yegeka saat menyampaikan sambutan (28/8/2021) – DOK: Yapkema

Pekei juga menaruh hormat kepada bapak Nur dan istrinya, ibu Susan, yang hingga saat ini masih mengabdi sebagai guru di TK/PAUD dan SD Yegeka semenjak dibentuk tahun 2015. Bagi Pekei, meskipun secara fisik bapak Nur dan ibu Susan berkulit putih dan berambut lurus, namun hati mereka sangat Papua. Salah satu buktinya, kata Pekei, uang yang mereka dapat mereka beli sepatu sekolah dan akan dibagikan sebentar kepada anak-anak. “Kalau orang lain pasti mereka pakai sendiri uang itu,” kata Pekei.

Pada kegiatan ini juga, Pak Nur memperkenalkan dua orang tambahan tenaga pengajar di SD Yegeka. Mereka adalah Israel Mailando, pemuda asal Kalimantan, sebagai guru pengajar di kelas 5, dan Janter Jona Pangayouw, peranakan Papua-Ternate (bapak dari Ternate, mama dari kepulauan Mor, Nabire) guru pengajar di kelas 1 SD. Pak Nur memastikan, kedua tenaga pengajar tersebut bukan saja pintar secara akademik, tetapi juga punya hati untuk melayani anak-anak. Karena, menurutnya, mengajar juga merupakan bentuk lain dari pelayanan.

Nurdhanto, SP.d, kepala sekolah SD Yegeka saat memperkenalkan dua guru tenaga pengajar baru (28/8/2021) – DOK: Yapkema

Selanjutnya, pembagian sepatu kepada peserta didik. Anak-anak yang sudah dilis namanya sesuai kelas dipanggil untuk mengambil sepatu dengan didampingi orang tua. “Sepatu yang didapat masing-masing peserta didik sesuai ukuran kakinya karena sebelum pemesanan kami sudah membuat daftar nama dan ukuran sepatu,” kata pak Nur. Sebelum penyerahan, bapak Nur mengimbau kepada peserta didik agar tidak memberikan sepatu yang didapat kepada saudara atau kerabat lain, melainkan dipakai sendiri.  

Share

No Comment

Comments are closed.